Pada suatu
pagi di serebah lapang, kaki-kaki yang diselimuti sepatu lars menginjak-injak
lantai udara. Jatuh kaki yang sama menghasilkan bunyi yang seirama. Mereka adalah
prajurit-prajurit negeri, tepatnya tanggal 5 Oktober 1991, memperingati HUT TNI
ke-46 sebagai momen refleksi dan muhasabah pertiwi untuk menunjukkan benteng
keutuhan. Mereka tampak teguh dan kompak mengimplementasikan sebuah motto TNI
Angkatan Darat, yaitu Kartika Eka Paksi yang berarti "Prajurit gagah
perkasa tanpa tanding menjunjung cita-cita tinggi".
Di waktu
yang sama, saat prajurit merapikan barisan pada bentang lapang di selingkar
gedung-gedung menjulang, lahirlah seorang perempuan di ujung timur Jawa,
tepatnya Kabupaten Jember. Dengan harapan tinggi orang tua, perempuan itu
diberi nama Kartika Eka Paksi Dian Oktavia. Tentu, karena bertepatan dengan HUT
TNI, orang tua berkeinginan tinggi serupa namanya, perkasa tanpa tanding dengan
cita-cita yang tinggi, yang kelak ia dapat berhasil menunjukkan darah juangnya
dari lereng kelana hidup, menuju puncak pendakian dalam meraih cita-citanya,
yaitu guru.
Menjadi guru
memang cita-citanya sejak kecil dan ia menjadi perempuan yang beruntung karena
orang tuanya selalu mendukung apapun cita-citanya. “Setelah belajar di SDN
Ajung 2, SMPN 1 Kalisat, dan lulus dari SMA N Kalisat tahun 2010, saya
melanjutkan kuliah di Universitas Jember, dan memilih Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa Inggris.” Ujar Ibu yang biasa dipanggil Mam
Kartika.
Di bangku
kuliah, ia mulai menginjakkan kaki pertamanya pada sebentang pendakian yang
pasti, yaitu menjadi guru, tentu dengan tantangan yang luar biasa. “Menurut
saya, pendidikan di Indonesia masih belum merata. Masih banyak daerah
Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) yang belkum mendapatkan atau merasakan
pendidikan.”
Dengan tantangan
itulah, Ibu Kartika berusaha meraih cita-citanya dengan mandiri, karena terlahir
dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Selain dengan
mendapatkan beasiswa prestasi, Ia bertanggung jawab atas biaya pendidikan
dengan menjadi penyanyi dari panggung ke panggung, lintas kota dan pulau. “Ini
adalah pengalaman yang sangat berkesan dan membanggkan buat saya. Karena tidak
semua anak seusia itu mampu menjadi seorang saya,”pungkasnya.
Selepas
lulus dari Universitas Jember, dengan lama pendidikan 3 tahun 8 bulan dan
predikat cumlaude, seorang istri dengan satu buah hati ini mendapatkan
amanah untuk mengajar di sebuah lembaga pendidikan di bawah naungan pesantren,
tepatnya di SMA Nuris Jember, yang berada dalam naungan Pesantren Nurul Islam
Jember.
“Menurut
saya, pendidikan di pesantren banyak memiliki nilai keunggulan dibandingkan
dengan pendidikan di lembaga umum. Siswa tidak hanya belajar sains tetapi juga
agama. Di tengah krisis akhlak seperti sekarang, memilih belajar di pesantren
adalah pilihan yang tepat,”ujar Bu Kartika. Ia juga menambahkan bahwa di
pesantren, siswa banyak berpengalaman sosial secara langsung, seperti kebiasaan
antre, kemandirian, gotong royong, berempati, etika terhadap guru dan sesama,
dan lain-lain.“Praktik dari yang sebelumnya hanya tentang menggugurkan
kewajiban, selanjutnya akan berubah menjadi kebutuhan.” Lanjutnya.
Berkat kegigihan
dan semangatnya dalam membimbing santri, Bu Kartika mendapat kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan di PPG Universitas Muhammadiyah Jember 2024 dan meraih
Juara 1 Best Practise Fun Learning Competition. “Alhamdulillah, saya bangga
dengan diri saya. Dulu, saya juga pernah meraih prestasi, yaitu Juara Harapan 2
Lomba News Reading tingkat Kabupaten dan Runner up Kacong Jebing di SMA.”
Berkaitan
dengan totalitas dalam mengajar, Bu Kartika pernah membaca sebuah penelitian
yang dilakukan oleh Dr. Karyn Purvis yang membuktikan bahwa untuk belajar hal
baru adan mengembangkan karakter tertentu, dibutuhkan 400 kali pengulangan,
dalam membentuk sinaps baru di otak. Kecuali hal itu dilakukan lewat permainan
atau aktivitas yang menyenangkan, yang hanya membutuhkan 10-20 kali pengulangan
untuk membentuk sinaps baru, memperkuat ilmu, dan mengembangkan karakter
pribadi atau pembelajar. “Setelah memahami hal tersebut, saya bertekad untuk
selalu menghadirkan pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi siswa
untuk mencapai tujuan yang sama dan tentunya membutuhkan effort yang
tidak main-main.” Jelasnya.
Dengan adanya
sistem pendidikan yang mengalami kemajuan, yaitu saat diberlakukannya kurikulum
merdeka, Bu Kartika terus terpacu untuk membimbing anak-anak yang kebutuhannya
berbeda-beda. Tetapi, menurut Bu Kartika, pemerintah masih perlu melakukan
penyempurnaan dan atau perbaikan agar diberlakukannya kurikulum merdeka ini
menjadi baik dan nyaman untuk siswa maupun guru. Dan saat ini, Bu Kartika
memilih platform tiktok sebagai media untuk berbagi ilmu.
Beberapa
tahun terakhir, platform tiktok menduduki deretan kedua setelah instagram
sebagai platform terbesar di jagat maya. Bu Kartika memilih instagram untuk
berbagi truth yang terangkum dalam highlight dan parenting
pada feeds-nya. Tiktok dipilih sebagai platform untuk berbagi ilmu. “Menurut
saya, tiktok adalah platform yang tepat untuk digunakan sebagai media sharing
metode pembelajaran yang seru dan menyenangkan, namun tetap meaningfull.
Selain itu, di tiktok juga mudah mendapatkan atensi sehingga saya pikir
video tiktok yang saya posting bisa dijangkau oleh user di kalangan yang
lebih luas.”
Perempuan
yang mengidolakan Qintari Anindhita tersebut, memiliki beberapa harapan, yaitu
meningkatnya kualitas guru, sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum yang
relevan dan dinamis, guru dapat memberdayakan siswa untuk berpikir kritis, guru
gapat memberdayakan pendidikan karakter dan etika, inklusivitas dan kesetaraan
dalam pendidikan, dan lain-lain.
Berkaitan
dengan tips dan trik agar siswa suka belajar Bahasa Inggris, Bu Kartika memiliki
beberapa tipsnya, yaitu mengidentifikasi gaya belajar siswa yang berbeda-beda,
mengenali karakter siswa, mengetahui kebutuhan siswa, mengenali ketertarikan
siswa, dan memberikan kesempatan belajar yang sama pada siswa.
“Setiap
dari kita telah dianugerahi oleh Tuhan, tools lengkap dalam diri untuk
menghadapi setiap tantangan hidup. Maka, go within, the only way out is in.”
inilah kalimat kutipan motivasi dari Bu Kartika untuk kita semua. [Redaksi]