Kaum santri merupakan masyarakat yang paling konsisten menggunakan sarung, sikap konsisten ini juga dijalankan oleh salah seorang pejuang yaitu KH. Abdul Wahab Hasbullah, seorang tokoh penting di Nahdlatul Ulama, pengarang Syair Ya Lal Wathon dan santri kinasih dari KH. Hasyim Asyari. Dalam perkembangannya, sarung menjadi ikon atau identitas santri. Gus Dur dikenal sebagai Bapak Perdamaian dan Toleransi. Pemikiran dan sikapnya seringkali menunjukkan sikap toleransi. Film ini mencoba menggabungkan Sarung sebagai ikon santri yang nantinya menjadi Media Tabaruk Santri dan Gus Dur sebagai ikon perdamaian dan toleransi (panutan/guru bangsa) yang nantinya menjadi Media Tasamuh.
Film Karya Santri SMA Nuris Jember ini berkisah tentang seorang santri yang cemas ketika dihadapkan pada pilihan yang membingungkan. Suatu ketika ia bertemu dengan lelaki non muslim yang sedang butuh bantuan, yaitu mengobati anjingnya yang terluka. Lelaki tersebut meminta agar santri tersebut meminjamkan sarung untuk mengobati luka anjingnya.
Jakfar, seorang santri asal Jember mendapat hadiah sarung dari Mbah Giman, kakeknya. Mbah Giman dulunya adalah seorang santri yang seringkali membantu dan mengikuti perjalanan hidup Gus Dur. Suatu hari, Gus Dur pernah memberikan sarungnya kepada Mbah Giman, untuk dijaga dan dijadikan oleh-oleh pulang kampung. Demikian juga dengan Jakfar, sarung pemberian Gus Dur diberikan ke Jakfar agar dijaga dan dijadikan media tabaruk (mendapatkan barokah).
“Kelak, sarung ini akan menjadi penolong yang mana kamu sangat merasakan berat, tapi jika kamu berhasil melewati ujian tersebut, maka insyaAlalh kamu mendapatkan barokah dan pahala yang tiada terkira,” Ujar Mbahnya yang selalu menancap dalam pikiran Jakfar.
Setiap harinya dalam beraktivitas, Jakfar seringkali menggunakan sarung untuk beribadah, mengaji, sholat, dan lain-lain. Atau tak jarang juga sarung tersebut hanya Jakfar selempangkan di badannya. Prinsipnya sarung tersebut tak pernah lepas dari tubuh Jakfar.
Suatu hari, Jakfar bertemu dengan seorang laki-laki non muslim berjalan dengan membawa anjing. Anjingnya sedang terluka dan kesusahan untuk dibawa. Jakfar bingung, apakah ia merelakan sarungnya untuk menjadi penolong anjing. Sedangkan laki-laki tersebut non muslim dan anjing adalah hewan yang najis.
Pikiran dan hati Jakfar diselimuti kecemasan, kebimbangan, yang pada akhirnya Ia memilih untuk membantu laki-laki tersebut, membungkus anjing yang terluka tersebut dengan sarung.
Film berdurasi tidak lebih dari sepuluh menit ini disutradari oleh Bagus Kurniawan dan pernah terpilih seleksi dalam Festival Film Moderasi Beragama yang diadakan oleh Balai Litbang Agama (BLA) Jakarta pada tahun 2023. Secara keseluruhan, flim ini memiliki kisah yang utuh, gagasan yang kuat, dan ide yang unik. Tentu, film ini masih perlu pembenahan baik dari segi keaktoran, teknik pengambilan gambar, dan beberapa aspek lainnya.
Aktor-aktor dalam Film masih perlu belajar seni peran agar tampak lebih natural dan sesuai dengan suasana adegan. Dari segi suara, masih terdapat beberapa adegan yang bocor. Selain itu, perlu adanya stabilizer agar visual film tampak lebih nyaman ditonton. [Redaksi Website SMA Nuris Jember]
Kalian bisa menonton film pendek ini, di sini.