Penulis: Sofina Adwitya R.*
Tuhan serupa bentang sungai pada rahim seorang perempuan
dan tangisan hujan di atas rembulan.
Jangan terburu-buru menghantuiku. Aku sudah memburu-Mu.
1/ Tuhan,
Jika derita ialah surga,
Wajah terengah Asiyah surga,
dan belahan laut bagi Musa yang singgah
Siapakah aku seorang pelayan pemikul surga?
bagi jiwa-jiwa penggembala domba
Tuhan,
tasbihku ialah rintih bumi
ruhku terbiasa mati suri
berulang kali
atas Tuhanku Yang Maha Puisi
2/ Tuhan,
di suatu pengadilan
kekasihku dikurbankan
anak-anakku dihadirkan,
Nanar mata mereka menerawang kuali besar
Rentangan regang waktu terus mendengung
dan aku lupa pada polesan wajah para pengadil
Tuhan,
ini bukan pengadilan!
Keadilan nama-Mu dilelangkan
padanya anak-anakku menjelma uang
satu per satu tubuh mereka direbuskan!
dalam rebusan tulang belulang!
Tangis mereka seumpama kubangan kuali,
yang membakar habis gemericik sungai
aku hanya kembali mati suri!
3/ Tuhan,
Uangku sudah habis
untuk memenangkan perlehatan ini!
Tuhan,
Beri kembali aku uang
atau aku yang menjadi uang!
Tuhan,
aku sudah memutuskan
4/ Tuhan,
Adakah surga yang Kau janjikan
karena padanya aku membeli keimanan!
Maka, Tuhan
aku akan memandang-Mu!
Merias sungai-sungai surga-Mu
Memasak musuh-musuh-Mu!!
dan, Tuhan!
Aku adalah Masyitah!
yang bersamaku kaulalui perlelangan
pada pengadilan suatu perhelatan
Tuhan,
Pertemukanlah kekasih pada kekasih
Seorang kekasih merindukan sang kekasih!
Tuhan Tuhan Tuhan…
Jember, September 2020
Sumber gambar: cnnindonesia.com
*penulis adalah siswa SMA Nuris Jember, lulusan tahun 2021, karya puisi didaulat sebagai juara 1 tingkat nasional di ajang ISEF UNAIR Surabaya 2020
Tulisan ini merupakan unggah ulang dari pesantrennuris.net