Eunoia Dini Hari
lampu-lampu jalan pun
meluruskan barisan, menabur cahaya sepanjang
jalan
tenggelam dalam dosa beratus ribu
dan penyesalan tiada lagi berarti.
sebab langit telah titahkan kota jadi magma.
segala menghitam
dan hati tiada lagi bisa meraba.
sepi menjelma cahaya:
matahari bagi kecemasan yang lebih luas
pada semesta.
gerimis perlahan turun
merintik jadi demam yang panjang
ada yang bergesa dipanjatkan
untuk segala kehidupan yang tiada tersisa.
Eunoia Menjelang Subuh
tangis belum reda,
seumpama gerimis, luka adalah gemericik air yang runtuh
satu-satu, dan kejam!
sujud ialah gua dalam dada manusia.
dari dinding-dindingnya, pelan-pelan menetes gemericik itu, dan doa melubangi bebatuan
(konon katanya, hati adalah bebatuan paling keras yang dimiliki manusia)
sebab mulut hanya kelelawar yang menggantung pada langit-langit begitu senyap.
tenggelam tangismu pada lolongan anjing di kejauhan.
barangkali, marah adalah sebutir api
yang menyebabkan wajahmu seperti kebakaran hutan.
kenapa musim kemarau kali ini begitu panjang?
Euonia Doa
untuk segala kata
dan cinta yang gagap,
air mata,
dan luka yang kian gempita.
mari tundukkan kesombongan sejenak,
untuk mengenang kebodohan yang kian puncak
ber………
mulai.
Euonia Amin
amin adalah pengakuan pada segala hal yang kita tidak merasa aman.
Jember, 22/01/22
Ayu Novita Sari adalah Penulis Buku Kumpulan Cerpen Gandrung Melarung Mendung dan Novela Menjahit Tanah Jawa. Selain sebagai Penulis Buku, ia pernah beberapa kali menjuarai Lomba Kepenulisan, seperti Juara 3 Cipta Baca Cerpen di Univ. Merdeka Malang. Kali ini, ia sedang aktif kuliah di Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember dan Menjadi Pimred Majalah Nuris